Akal adalah satu senjata atau kekuatan pemberian dari Allah yg amat berharga yg dimiliki oleh setiap manusia yg sudah dewasa, asal saja tidak gila/e&. Dengan dibantu oleh panca indera, akal dapat membedakan antara hitam dan putih, tinggi dan rendah , buruk dan baik, merugikan dan menguntungkan, yg merusak atau yg memperbaiki, yg bahagia atau yg mencelakakan. Bahkan dengan akal itu manusia sudah berhasil menciptakan alat alat tehnik yg canggih dan modern.
Yg sebenarnya dengan semata mata akal itu saja, manusia seharusnya tidak dapat dikalahkan oleh setan atau iblis. Sekalipun kita tidak dapat melihat setan, tetapi dengan akal itu yg sebenar benarnya kita telah diberi kekuatan untuk melihat setan atau iblis itu. Semua perbuatan perbuatan yg keji dan buruk, yg membawa kerusakan dan permusuhan, membawa kesengsaraan dan kerugian adalah semuanya karena pengaruh setan atau iblis itu.
Tetapi sudah nyata dan jelas sekali dalam sejarah hidup manusia dari abad ke abad, bahwa dengan semata mata akal saja, dengan semata mata ilmu pengetahuan saja, manusia dengan gampang sekali dapat dikalahkan oleh setan atau iblis. Bukan saja orang bodoh dan biadab, tetapi beberapa banyaknya orang orang pintar dan beradap sekalipun ternyata masih sering mengerjakan perbuatan yg keji dan terkutuk, yg sangat merusak kehidupan manusia. Bahkan ternyata, makin tinggi pengetahuan, kejahatan kejahatan yg dilakukan manusia bukan makin berkurang, tetapi malah kian bertambah dan menghebat.
Ya demikianlah kehebatan manusia dengan akalnya, dan begitu pulalah kejelekan manusia dengan segala akalnya. Sebab itulah, makanya disamping akal, manusia harus diberi kekuatan atau senjata yg lebih ampuh. Senjata yg lebih ampuh itu ialah Hidayah Allah, atau Jalan Lurus atau Agama Allah (ISLAM).
Bila seseorang manusia dapat menerima Hidayah Allah (petunjuk) itu dengan akalnya, sehingga akalnya tidak berjalan/berpikir dengan sembarangan, malah selalu didampingi oleh Petunjuk Allah atau Agama Islam, maka itulah manusia yg sempurna dan lengkap. Manusia yg demikian itu yg dinamakan Sebaik baik Kejadian atau se Mulia mulia mahluk (Ahsanu Taqwim), tidak mungkin dia akan jatuh menjadi serendah rendahnya mahluk (Asfalas Safilin). Dan manusia semacam inilah yg disebut Orang Beriman dan Shalih.
Proses Ke